ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARI

Sabtu, 29 September 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
B.  Tujuan
      1.   Tujuan Umum
·         Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari kista ovarium
2.      Tujuan Khusus
·         Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kista ovari
·         Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien dengan kista ovari
·         Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista ovari
·         Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista ovari
·         Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan kista ovari
·         Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusinya.
·         Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi
BAB II
KONSEP DASAR
1.   TINJAUAN TEORITIS
A.  Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000).
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).
B.  Etiologi
            Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :
1.   Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya
a.   Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b.   Zat tambahan pada makanan
c.   Kurang olah raga
d.   Merokok dan konsumsi alcohol
e.   Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f.    Sering stress
g.   Zat polutan
2.   Faktor genetic
            Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
C.  Klasifikasi
Jenis kista indung telur meliputi:
1.   Kista Fungsional
            Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti
terpuntir/ pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada
kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bulan.
2.   Kista Dermoid
            Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista
terpuntir/ pecah.
3.   Kista Cokelat (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid,
lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu
rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
4.   Kistadenoma
            Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya
akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat
menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama
pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma ;
·         Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler
perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar
kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal, dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii musinosum.
·         Kistadenoma ovarii musinosum
Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma, pendapat lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau mempunyai asal yang sama dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya
unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat bersar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif
sehingga timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal.
Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu dengan  atau tanpa salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.
D.  Tanda dan gejala
            Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi tumor tersebut.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa ; 
·         Gangguan haid
·         Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi  konstipasi atau sering berkemih.
·         Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
·         Nyeri saat bersenggama
Pada stadium lanjut;
·         Asites
·         Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
·         Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
·         Gangguan buang air besar dan kecil.
·         Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
E. Patofisiologi
1.   Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )
  1. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.
b.   Kista fungsional
1). Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari 8 cm.
2). Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi oovorektomi.
3). Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan. Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat mola.
4).  Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi. Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH dan oovorektomi.
2.   Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)
      a.   Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
      b.   Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor belum diketahui secara pasti, namun diduga berasal dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang lain, atau berasal dari epitel germinativum.
  1. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.
  2. Kista endometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
  3. Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur¬struktur ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
F.     Pemeriksaan Penunjang
1.   Laparaskopi
            Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2.   Ultrasonografi
            Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3.   Foto Rontgen
            Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Parasentesis
            Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)
5.   Pap smear
            Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista.
G.  Penatalaksanaan
a.       Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
b.      Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
c.       Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
d.      Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).

            Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996).
H. Komplikasi
            Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
a.   Perdarahan intra tumor
            Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.
b.   Perputaran tangkai
            Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
c.   Infeksi pada tumor
            Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari.
d.   Robekan dinding kista
            Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.
e.   Keganasan kista ovarium
            Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
2.   PROSES KEPERAWATAN
A.  Pengkajian
      1.   Biodata Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.
2. Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.
3.   Status Obstetrikus, meliputi :
·         Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
·         Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan
·         Riwayat persalinan
·         Riwayat KB
      4.   Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)
·         Kaji tingkat kesadaran
·         Ukur tanda-tanda vital
·         Auskultasi bunyi nafas
·         Kaji turgor kulit
·         Pengkajian abdomen
·          Inspeksi ukuran dan kontur abdomen-
    • Auskultasi bising usus-
    • Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa-
    • Tanyakan tentang perubahan pola defekasi-
    • Kaji status balutan-
·         Kaji terhadap nyeri atau mual
·         Kaji status alat intrusive
·         Palpasi nadi pedalis secara bilateral
·         Evaluasi kembajinya reflek gag
·         Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi.
·         Kaji status psikologis pasien setelah operasi
      5.   Data penunjang
·         pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)
·         terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral
B. Diagnosa Keperawatan
      1.   Pre Oprerasi
a.       Cemas b.d prosedur operasi, perubahan konsep diri.
b.      Nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen
c.       Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah intake yang tidak adekuat.
d.      Gangguan harga diri b.d masalah tentang ketidaknyamanan mempunyai anak, perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual.
e.       Disfungsi seksual, resiko tinggi terhadap kemungkinan pola respon seksual
f.       Eliminasi urinarius, perubahan / retensi b.d adanya edema pada jaringan lokal
g.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi.
2.   Post Operasi
a.       Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan
b.      Risiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
c.       Kerusakan integritas kulit b.d pengangakatan bedah kulit.( jaringan, perubahan sirkulasi).
d.      Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler, nyeri / ketidaknyamanan, pembentukan edema.
e.       Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih.
f.       Gangguan harga diri b.d biofisikal prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psikososial, masalah tentang ketertarikan social.
C. Intervensi Keperawatan
      1.   Pre Operasi     
            Dx 1 : cemas b.d prosedur operasi perubahan konsep diri.
      Intervensi;
1.      Yakinkan informasi klien tenteng diagnosis, harapan, intervensi pembedahan dan terapi yang akan datang.
2.      Jelaskan tujuan dan persipan untuk tes diagnostic
3.      Berikan lingkungan perhatian, kterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk pasien / orang terdekat.
4.      Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.
5.      Kaji tersedianya dukungan pada pasien.
6.      Diskusikan / jelaskan peran rehabilitasi setelah pembedahan.
Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan prases penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen
Intervensi
      1.   Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghilang nyeri
      2.   Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung), hiburan dan
            lingkungan.
      3.   Ajarkan teknik relaksasi
      4.   Kembangkan rencana manajemen nyeri antara pasien dan dokter
      5.   Berikan analgesic sesuai resep.
2.   Post Operasi
      Dx 1 : Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan
Intervensi:
1.      Kaji keluhan nyeri, perhataikan lokasi, lama dan intensitas (skala 0-10), perhatikan petunjuk verbal dan nonverbal
2.      Bantu pasien menemukan posisi nyaman
3.      Berikan tindakan kenyamanan dasar
4.      Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal terakhir
5.      Kolaborasi : berikan / analgetik sesuai indikasi
Dx 2 : Resiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
Intervensi :
1.      Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV
2.      Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien
3.      Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum mendekati pasien
4.      Tingkatkan asupan makanan yang bergizi
5.      Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter
Dx 3 : kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah kulit / jaringan, perubahan sirkulasi.
Intervensi:
1.      Kaji balutan / untuk karakteristik drainase, kemerahan dan nyeri pada insisi dan lengan.
2.      Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung / sisi yang tidak sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal.
3.      Jangan melakukan pengukaran TD, menginjeksikan obat / memasukan IV pada lengan yang sakit.
4.      Inspeksi donor/ sisi donor ( bila dilakukan ) terhadap warna, pembentukan lepuh perhatikan drinase dan sisi donor
5.      Kosongkan drain luka, secara periodic( catat jumlah dan karakeristik drainase)
6.      Dorong klien untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit / ketat.
7.      Kolaborasi: berikan antibiotic sesuai indikasi
D. Evaluasi
a.       Cemas klien berkurang
b.      Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
c.       Nyeri berkurang
d.      Nutrisi klien terpenuhi
e.       Penyebaran infeksi tidak terjadi
f.       Pengetahuan klien bertambah.
BAB III
PENUTUP
1.   Kesimpulan
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium.
            Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan.
2.   Saran
·         Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang penyakitnya.
·         Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
·         Diharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC.
Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edition. Philadelphia : Mosby.
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

0 komentar:

Posting Komentar