A.
PENDAHULUAN
Masa
nifas adalah masa (kira-kira) 6 minggu) setelah kelahiran bayi (Bahiyatun,
2009).
Masa nifas adalah masa pemulihan alat reproduksi setelah
proses persalinan (2 jam setelah kala IV sampai 6-8 minggu kemudian). Kunjungan
rumah diberikan 2 minggu postpartum dan dilanjutkan minggu ke-4 sampai ke-6.
B.
DEFINISI
Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen
kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat. Pemberian asuhan secara
menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas, akan tetapi pemberian asuhan
melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat disekitaranya (http://daffmoxe.
blogspot.com/2010/04/asuhan-postnatal-di-komunitas.html)
C.
JADWAL
KUNJUNGAN DI RUMAH
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali
kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan
ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang
komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan pelayanan
keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002)
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat
jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik
dan lingkungan ibu yang biasanya ibu mengalami keletihan setelah proses
persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga
mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan
dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang melakukan
kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga
berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk
berpergian sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan
untuk menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu
melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah
difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan asuhan
kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam
suasana yang respek
dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan
peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup
umur, sehingga bidan akan memberi
banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk
meningkatkan suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
1.
Perencanaan Kunjungan Rumah
a.
Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu
tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah
b.
Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah
telah direncanakan bersama anggota keluarga.
c.
Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
2.
Keamanan merupakan hal yang harus
dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan ini dapat meliputi:
a.
Mengetahui dengan jelas alamat yang
lengkap arah rumah klien
b.
Gambar rute alamat klien dengan peta
sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar lingkungan rumah klien
c.
Beritahu rekan kerja anda ketika anda
pergi untuk kunjungan
d.
Beri kabar kepada rekan anda segera
setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).
Kesehatan ibu
merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena
seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu sehat maka akan menghasilkan bayi
yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang sehat juga menciptakan
keluarga sehat dan bahagia. Jadwal
kunjungan rumah paling sedikit dilakukan 4x, yaitu diantaranya :
1.
Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah
persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena
untuk jam-jam pertama pasca
salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian
ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal
pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan
dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a.
Mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
b.
Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
c.
Pemberi ASI awal : bidan mendorong
pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri
puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
d.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
e.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f.
Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil (http://insanimj.blogspot.com/2011/04/asuhan-pada-ibu-postpar- tum-di-rumah.html).
g.
Perdarahan : bidan mengkaji warna dan
banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang
berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
h.
Involusi uterus : bidan mengkaji
involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
i.
Pembahasan tentang kelahiran, kaji
perasaan ibu.
j.
Bidan mendorong ibu untuk memperkuat
ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik,
komunikasi dan rangsangan.
k.
Bidan memberikan penyuluhan tentang
tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat
daruratan (Meilani, 2009:
54).
2.
Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca
salin dimana ibu sudah bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia
kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu
:
a.
Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbikalis, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada
bau.
b.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c.
Memberikan konseling pada ibu mengenai
seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat
bayi sehari-hari (http://insanimj.blogspot.com/2011/04/asuhan-pada-ibu-post-partum-di-rumah.html).
d.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal.
e.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat (Ambarwati, 2010).
f.
Diet : makanan seimbang, banyak
mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah
konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
g.
Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting
susu dan perineum.
h.
Senam kegel serta senam perut yang
ringan tergantung pada kondisi ibu.
i.
Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
j.
Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post
partum blues.
k.
Keluarga berencana melanjutkan hubungan
seksual setelah selesai masa nifas.
l.
Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana
menghubungi bidan jika ada tanda-tanda bahaya,
m.
Perjanjian untuk pertemuan berikutnya
(Meilani, 2009:
54).
3.
Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)
Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca
dimana untuk teknis pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan
yang kedua. Untuk lebih jelasnya tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
a.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal (Ambarwati, 2010).
b.
Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
c.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
d.
Memberikan konseling pada ibu mengenai
seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari (http://insanimj.blogspot.com/2011/04/asuhan-pada-ibu-post-partum-di-rumah.html).
e.
Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi
f.
Menentukan dan menyediakan metode dan
alat KB
g.
Senam : rencana senam lebih kuat dan
menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal
h.
Keterampilan membesarkan dan membina
anak
i.
Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi
ibu
j.
Rencana untuk chek-up bayi serta
imunisasi (Meilani,
2009: 54-55).
4.
Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah persalinan)
Untuk kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada
penyulit dan juga keadaan laktasinya. Lebih jelasnya tujuan dari kunjungan ke
empat yaitu :
a.
Menanyakan pada ibu tentang
penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
b.
Tali pusat harus tetap kencang
c.
Perhatikan kondisi umum bayi (Ambarwati,
2009: 88).
d.
Memberikan konseling mengenai imunisasi,
senam nifas serta KB secara dini (http://makalah.blogspot.com/2011/05/ asuhan_pada_ ibu_post_partum.di_rumah.html).
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal
pada ibu di rumah yaitu:
1.
Kebersihan Diri
a. Menganjurkan kebersihan
seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia
mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan
ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu
untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Menyarankan
ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di
bawah matahari atau disetrika.
d. Menyarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
e. Jika
ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2.
Istirahat
a.
Menganjurkan
ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b.
Menyarankan
ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c.
Menjelaskan
kepada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi
ibu dalam berbagai hal :
1)
Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2)
Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
3)
Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3.
Latihan
a.
Mendiskusikan pentingnya mengembalikan
otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan
ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada
punggung.
b.
Menjelaskan bahwa latihan-latihan
tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan
otot-otot perut dan panggul kembali normal, seperti:
1)
Tidur telentang dengan lengan di
samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan
angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10
kali.
2)
Untuk memperkuat otot vagina, berdiri
dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan
sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3)
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan
untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.
Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30
kali.
4.
Gizi
Pendidikan
untuk Ibu menyusui harus:
a.
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap
hari
b.
Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c.
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d.
Tablet zat besi harus diminum untuk
menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e.
Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar
bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
5.
Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah
yaitu :
a.
Menjaga payudara tetap bersih dan
kering.
b.
Mengenakan BH yang menyokong payudara.
c.
Apabila putting susu lecet oleskan
colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai
menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d.
Apabila lecet sangat berat dapat
diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e.
Apabila payudara bengkak akibat
bendungan ASI, lakukan:
1)
Pengompresan payudara dengan menggunakan
kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2)
Urut payudara dari arah pangkal menuju
putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju
putting.
3)
Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan
payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4)
Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali.
Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5)
Letakkan kain dingin pada payudara
setelah menyusui.
6)
Payudara dikeringkan.
6.
Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja
ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7.
Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya
2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun,
petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan
kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita
tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama
menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertamakembali
Untuk mencegah
terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2% kehamilan. Meskipun
beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman,
terutama apabila ibu telah haid lagi. (http://daffmoxe.blogspot.com/2010/04/asuhan-post
natal-di-komunitas. html)
Sebelum
menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
a.
Bagaiman metode ini dapat mencegah
kehamilan dan efektifitasnya
b.
Kelebihan/ keuntungan
c.
Kekurangannya
d.
Efek samping
e.
Bagaimana menggunakan metode ini.
f.
Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk
wanita pasca salin yang menyusui
Jika
seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi 2 minggu utuk mengetahui apakah
ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/ pasangan itu dan melihat apakah metode
tersebut bekerja baik (http://insanimj.blogspot.com/2011/04/ asuhan-pada-ibu-post-partum-di-rumah.html)
D.
MANAJEMEN POST
PARTUM
1.
Defenisi
Asuhan
ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran,
sampai 6 minggu setelah kelahiran (http:// insanimj.blogspot.com/2011/04/asuhan-pada-ibu-post-partum-dirumah. html).
2.
Tujuan
Adapun tujuannya yaitu untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera
setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan dalam
persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan agar terlaksananya asuhan
segera/ rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat
diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa
dan masalah potensial, tindakan segera serta
merencanakan asuhan (http://daffmoxe.blogspot.com/2010/04/
asuhan-postnatal-di-komunitas. html).
Manajemen ibu
postpartum antara lain :
1.
Pengkajian/ Pengumpulan data
Didasarkan pada
data subjektif daan juga Objektif. Data subjektif yaitu data yang didapatkan
langsung daari pasien atau Pasien atau keluarganya langsung yang berbicara.
Sedangkan data Objektif adalah data yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan
bidan atau tenaga kesehatan.
a.
Melakukan pengkajian dgn mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.
b. Melakukan pemeriksaan
awal post partum.
c. Meninjau catatan/ record pasien, seperti :
1) Catatan perkembangan
antepartum dan intra partum
2) Berapa lama (jam/ hari) pasien post partum
3) Keadaan suhu, nadi,
respirasi dan Tekanan Darah postpartum
4) Pemeriksaan
laboratorium & laporan pemeriksaan tambahan
5) Catatan obat-obat
6) Catatan bidan/ perawat
d. Menanyakan riwayat
kesehatan & keluhan ibu,seperti :
1) Mobilisasi
2) BAK dan BAB
3) Keadaan Nafsu makan
4) Ketidaknyamana/ rasa sakit
5) Kekhawatiran
6) Makanan bayi
7) Reaksi pada bayi
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Tekanan
Darah, Suhu, nadi
b. Kepala,
wajah, mulut dan Tenggorokan, jika diperlukan
c. Payudara
& putting susu
d. Auskultasi
paru2, jika diperlukan
e. Abdomen
yang di lihat adalah kandung kencing, keadaan uterus (perkembangannya)
f. Lochea
yang dilihat adalah warna, jumlah dan bau
g. Perineum
: edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan,
memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
h. Ekstremitas
: varises, betis apakah lemah
dan panas,edema, reflek.
2. Menginterpretasikan
Data.
Melakukan identifikasi yang benar
terhadap masalah adalah diagnosa berdasarkan interpretasi yangg benar atas data
yg telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum tergantung
dari hasil pengkajian terhadap ibu
3. Identifikasi
Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa
yang sudah diidentifikasi dan
merencanakan antisipasi tindakan.
Contoh :
Diagnosa :
Bendungan Payudara
Masalah
potensial : Mastitis
Antisipasi
Tindakan : kompres hangat
payudara
4.
Menetapkan Tindakan Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
Contoh
:
a.
Ibu kejang, segera lakukan tindakan
segera untuk mengatasi kejang dan
segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
b.
Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai dengan
keadaan pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan
uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda2 sisa plasenta, segera
kolaborasi dgn dokter utk tindakan curettage.
5. Membuat
Rencana Asuhan
Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang
rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
Contoh
:
Manajemen
asuhan awal postpartum :
a. Kontak dini dan sesering
mungkin dengan bayi.
b. Mobilisasi/istirahat
baring di tempat tidur
c. Gizi/ diet
d. Perawatan perineum
Asuhan
lanjutan :
a. Tambahan vit atau zat
besi atau keduanya jika diperlukan
b. Perawatan payudara
c. Pemeriksaan lab
terhadap komplikasi jika diperlukan
d. Rencana KB
e. Kebiasaan rutin yang
tidak bermanfaat bahkan membahayakan
6. Implementasi
Asuhan :
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman daripada rencana asuhan tadi.
7.
Evaluasi
Mengevaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen
dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum
efektif atau merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada.
Bidan harus melakukan evaluasi secara
terus menerus selama masa nifas. Evaluasi secara terus menerus meliputi:
1.
Meninjau ulang data
a.
Catatan intrapartum dan antepartum
b.
Jumlah jam atau hari PP
c.
Catatan pengawasan dan perkembangan
sebelumnya
d.
Catatan hasil lab.
e.
Catatan suhu, nadi, pernapasan dan TD
f.
Catatan pengobatan
2.
Mengkaji riwayat
a.
Ambulansi : apakah ibu
melakukan ambulansi
seberapa sering
b.
Berkemih :
bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri/ disuria
c.
Defekasi :
bagaimana frekuensinya, jumlah dan konsistennya
3.
Pemeriksaan
fisik
a.
Mengukur TD suhu, nadi dan pernapasan
b.
Memeriksa payudara dan putting
c.
Memeriksa abdomen
d.
Memeriksa lokhea
e.
Memeriksa perineum dan kaki
Menurut
Bahiyatun (2009), manajemen kebidanan terbagi atas :
1.
Manajemen nyeri dan ketidaknyamanan
Pada
masa nifas banyak terjadi, walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan.
2.
After pain atau kram perut
Disebabkan
oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada uterus,
lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak (multipara) dan
wanita menyusui.
3.
Pembengkakan payudara
Terjadi
karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatnya vaskularitas
dan kongesti
4.
Manajemen konstipasi
Sebagian
besar wanita akan defekasi dalam waktu tiga hari pertama setelah persalinan
kemudian akan kembali kekebiasaan semula
5.
Manajemen hemoroid
Jika
pasien tidak menderita hemoroid akan hilang dalam beberapa minggu, selama
kehamilan sebagian wanita mengalami perdarahan yang keluar dari anus.
6.
Manajemen Diuresis dan Diaforesis
Selama
kehamilan, terjadi penyimpanan cairan tambahan untuk membantu meningkatkan
pertumbuhan bayi.
7.
Manajemen infeksi
a.
Infeksi genital
Disebabkan
karena adanya luka pada area
pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital.
b.
Infeksi saluran kemih
Dapat
terjadi karena kurang menjaga kebersihan.
c.
Infeksi saluran pernapasan atas
8.
Manajemen cemas
Peran
bidan
a.
Bidan dapat memperhatikan dan memberi
ucapan selamat atas kehadiran bayinya.
b.
Bidan dapat memberikan informasi dan konseling mengenai kebutuhan ini.
c.
Bidan dapat mendukung pendidikan
kesehatan
E. POST PARTUM GROUP
Di
dalam melaksanakan asuhan
pada ibu post partum di komunitas salah satunya adalah dalam bentuk kelompok.
Ibu post partum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang
ibu post partum dengan ibu post partum lainnya (http://makalah.blogspot.com/ 2011/05/asuhan-pada-ibu-post-partum-di-rumah.html).
Kegiatan
dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu post partum/ posyandu dan polindes. Kegiatannya dapat berupa
penyuluhan dan konseling.tentang
:
1.
Kebersihan diri
2.
Istirahat
3.
Gizi
a.
Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b.
Lauk 1 potong sedang
c.
Tahu/tempe 1 potong sedang
d.
Sayuran 1 mangkuk sedang
e.
Buah1 potong sedang
f.
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap
hari
g.
Makanan dengan diet berimbang: protein,
mineral, vitamin yang cukup
h.
Minum sedikitnya 3 liter per hari (8
gelas sehari)
i.
Meminum pil zat besi selama 40 hari
pasca persalinan
j.
Minum kapsul vitamin A
4.
Menyusui
a.
Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b.
Lauk 1 potong sedang
c.
Tahu/tempe 1 potong sedang
d.
Sayuran 1 mangkuk sedang
e.
Buah1 potong sedang
f.
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap
hari
g.
Makanan dengan diet berimbang: protein,
mineral, vitamin yang cukup
h.
Minum sedikitnya 3 liter per hari (8
gelas sehari)
i.
Meminum pil zat besi selama 40 hari
pasca persalinan
j.
Minum kapsul vitamin A
5.
Lochea
Pembagian lochea antara lain:
a.
Lochea rubra (1-3 hari postpartum) :
warna merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik,
lanugo.
b.
Lochea sanguolenta (3-7 hari postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi
darah dan vernik kaseosa.
c.
Lochea serosa (7-14 hari postpartum) :
Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
d.
Lochea alba ( 14-40 hari post partum) :
berwarna putih.
6.
Involusi
uterus
Setelah
bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi
akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara
pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan
otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga
akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
7.
Senggama
Secara
fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu
dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai
hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.
8.
Keluarga berencana (http://insanimj.blogspot.com/2011/04/asuhan-pada -ibu-post-partum-di-rumah.html)
Kadang-kadang ibu yang baru menjalani masa menjadi
seorang ibu ingin mencari kelompok khusus dari orang-orang yang sudah
berpengalaman. Kadangkala ibu postpartum yang sudah
pernah bertemu dalam kelas prenatal mulai bergabung untuk membentuk kelompok
pendukung yang saling membantu. Melihat hal tersebut, ternyata kelompok
pendukung merupakan kelompok yang sangat penting dalam membantu seorang wanita
yang mengalami transisinya dalam siklus kehidupan (http://daffmoxe.blogspot.com/2010/04/asuhan-postnatal-di-ko
munitas.html)
Kelompok
pendukung post partum atau yang disebut dengan postpartum group adalah kumpulan
pribadi yang sedang menjalani masa post partum yang mencoba untuk memuaskan
kebutuhan personal, berinteraksi dengan menghargai tujuan bersama serta untuk
mengalami kenikmatan suatu hubungan yang interdipenden. Para ibu yang mengalami
post partum membutuhkan pengalaman yang sesungguhnya, salah satunya yaitu
diberikan dukungan dari kelompok pendukung seperti dukungan psikologis dan juga
dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan.
Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan atau istirahat, atau seringkali
merasa gembira mendapatkan pertolongan yang praktis dan dukungan dari kelompok
dukungan postpartum. Dengan bantuan dan dukungan teman ataupun keluarga, mereka
mungkin perlu mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau
mungkin menghilangkan beberapa kegiatan disesuaikan dengan konsep mereka
tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat diperlukan
dorongan dan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikologi atau
konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli obstetrik memegang peranan
penting untuk mempersiapkan para wanita kemungkinann terjadinya gangguan mental
post partum dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut,
bahkan merujuk para ahli psikologi atau konseling bila memang diperlukan.
Kelompok pendukung yang memadai dari para petugas obstetrik yaitu dokter dan
bidan atau perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi
yang memadai atau adekuat tentang proses persalinan dan kehamilan, termasuk
penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta
penanganannya. Dibutuhkan penanganan menyeluruh atau holistik dan dukungan dari
kelompok pendukung dari penanganan para ibu yang mengalami post partum.
Pengobatan medis, konseling, emosional, dan bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dann harapan-harapan pada saat
tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dapat dibutuhkan penanganan ditingkat
perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis serta bersama-sama dengan
melibatkan lingkungannya yaitu suami, keluarga, dan juga teman dekatnya (http://daffmoxe.blogspot.com/2010/04/asuhan-postnatal-di-ko
munitas. html).
Cara
dukungan untuk mengatasi postpartum dari kelompok pendukung postpartum :
1.
Cara pendekatan komunikasi terapeutik
yang tujuannya untuk menciptakan hubungan baik antara
bidan dan juga pasien dalam
rangka kesembuhannya dengan cara :
a.
Mendorong pasien mampu meredakan segala
ketegangan emosi
b.
Dapat memahami dirinya
c.
Dapat mendukung tindakan konstruktif.
2.
Cara peningkatan support mental post
partum dapat dilakukan keluarga misalnya :
a.
Sekali-kali ibu meminta suami untuk ikut
membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah
seperti membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu, dll
b.
Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa
menemani ibu dalam
menghadapi kesibukan merawat bayinya.
c.
Suami seharusnya tahu permasalahan yang
dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya.
d.
Menyiapkan mental dalam menghadapi anak
pertama yang akan
lahir.
e.
Memperbanyak dukungan dari suami.
f.
Suami menggantikan peran istri saat
istri kelelahan.
g.
Ibu dianjurkan untuk sering sharing
dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan.
h.
Bayi memakai pampers untuk meringankan
kerja ibu.
i.
Mengganti suasana dengan bersosialisasi.
j.
Suami sering menemani istri dalam
mengurus bayinya.
Selain hal
diatas dukungan post partum dari dirinya sendiri diantaranya dengan cara :
a.
Belajar tenang dengan menarik nafas
panjang dan meditasi.
b.
Tidurlah ketika bayi tidur.
c.
Berolahraga ringan.
d.
Ikhlas dan tulus dengan peran baru
ssebagai ibu.
e.
Tidak perfectsionis dalam hal mengurus
bayi,
f.
Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.
g.
Bersikap fleksibel.
h.
Kesempatan merawat bayinya hanya datang
satu kali.
i.
Bergabung dengan kelompok ibu (http://www.scribd.com/ doc/40735271/Makalah-Asuhan-Ibu-Postpartum-Di-Rumah).
Kelompok postpartum merupakan salah satu bentuk
kelompok atau organisasi kecil dari ibu nifas. Bertujuan untuk mendeteksi,
mencegah, dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul masa nifas (http://
daffmoxe.blogspot.com/2010/04/asuhan-postnatal-di-komunitas.html)
Melahirkan adalah
sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat membahagiakan, tapi
kadang harus menemui kenyataan bahwa tak semua menganggap seperti itu karena
ada juga wanita yang mengalami depresi setelah melahirkan.
Ibu nifas sering
mnegalami gangguan psikologi yang dikenal dengan postpartum blues. Dikomunitas
sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas. Dalam
postpartum group para ibu nifas bisa saling berkeluh kesah dan mendiskusikan
pengalaman melahirkannya, perasaannya saat ini dan bagaimana cara menghadapi
masa nifas. Lewat postpartum group ini maka gangguan-gangguan psikologis saat
nifas diharapkan bisa diatasi (Niken Meilani, 2009: 56).
Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan
psikologis yang dalam bahasa kedokterannya adalah depresi postpartum atau baby blues atau Postpartum Blues. Postpartum blues merupakan masa transisi mood
setelah melahirkan yang sering terjadi pada 50-70% wanita (Suherni, 2009).
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di
komunitas, salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum
dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu postpartum
dengan ibu postpartum lainnya (http://insanimj.blogspot.com/ 2011/04/asuhan-pada-ibu-post-partum-di-rumah.html)
1.
Program Ibu Nifas
Kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, ASI
eksklusif, tablet tambah darah dan vitamin A
2.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data
dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada ibu nifas dan neonates. Data yang
dibutuhkan antara lain : jumlah ibu nifas; kebiasaan atau tradisi setempat;
permasalahan pada masa nifas; sumber daya masyarakat; dan penentu kebijakan.
3.
Mengatur Strategi
Pendekatan dengan
keluarga ibu, tomas, togam, kepala desa dan kader sebagai pengambil keputusan
dan penentu kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan suatu kelompok ibu
nifas.
4.
Perencanaan
Buat usulan atau
proposal yang didalamnya memuat tentang latar belakang dan tujuan dari
pembentukan kelompok. Perencanaan meliputi kegiatan yang kan dilakukan, tempat
dan waktu, anggaran, serta peserta.
5.
Pelaksanaan
Jadikan contoh
(Role Model) orang sebagai penentu kebijakan dan lakukan diskusi untuk
membentuk susunan organisasi. Bidan bisa sebagai narasumber, kemudian buat
rencana tindak lanjut.
6.
Evaluasi
Dilakukan pada
akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa tujuan akhir dari
pembentukan kelompok benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas
berjalan normal (http://daffmoxe.blogspot.com/2010/04/asuhan-postnatal-dikomuni
tas.html).
0 komentar:
Posting Komentar